PROSEDUR KERJA PEMBUATAN BIOGAS
A. Pengantar
Produksi
bahan bakar minyak dunia, telah mencapai titik puncaknya, sementara kebutuhan
energy di seluruh dunia meningkat pesat. Selain itu peningkatan jumlah penduduk
juga mengakibatkan tingkat konsumsi energi meningkat pula sehingga menyebabkan
terjadinya kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, dari permasalahan ini
sehingga perlu dilakukannya usaha untuk mendapatkan energi
terbarukan/alternative.
Biogas adalah setiap
bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan
organik. Biogas dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak
langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Sehingga
biogas merupakan energy alternative paling siap untuk diolah menjadi sumber
energy yang jumlahnya banyak dan berada disekitar kita dan ramah lingkungan.
Telah banyak penelitian
pembuatan biogas, baik dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik atau pertanian, maupun dari kotoran hewan dan
manusia. Dari sini saya memaparkan tata cara pembuatan biogas yang saya
dapatkan dari tiga jurnal yaitu : hasil penelitian Arnold Yonathan yang
berjudul “Produksi biogas dari eceng gondok ( eicchornia crassipe):Kajian konsistensi
dan pH terhadap biogas dihasilkan”, Pamilia Coniwanti berjudul “Pembuatan
biogas dari ampas tahu”, dan Tuti Haryati berjudul “Limbah peternakan
yang menjadi sumber energy alternative”.
B.
Isi
Dalam
pembentukan biogas meliputi empat tahap proses yaitu:
1) Hidrolisis.
Pada tahap ini, molekul organik yang komplek
diuraikan menjadi bentuk yang lebih sederhana, seperti karbohidrat (simple
sugars), asam amino, dan asam lemak.
2) Asidogenesis.
Pada tahap ini terjadi proses penguraian yang
menghasilkan amonia, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida.
3)
Asetagenesis.
Pada tahap ini dilakukan proses
penguraian produk acidogeness, menghasilkan hidrogen, karbon dioksida, dan
asetat.
4) Methanogenesis.
Ini
adalah tahapan terakhir dan sekaligus yang paling menentukan, yakni dilakukan
penguraian dan sintesis produk tahap sebelumnya untuk menghasilkan gas methane
(CH4). Hasil lain dari proses ini berupa karbon dioksida, air, dan sejumlah
kecil senyawa gas lainnya.
Berikut contoh gambar rangkaian pemasangan alat
untuk proses pembuatan biogas :
Keterangan
gambar
1.
Inkubator
2.
Biodigester
3.
Tempat sampling substrat
4.
Thermometer
5.
Tempat sampling gas
6.
Kran
8.
Pipa manometer
9.
Pembacaan level
10.
Papan penyangga a,b,c d
Adapun
proses pembuatan biogas dilakukan dengan
langkah-langkah
berikut :
a. Persiapan
alat
1. Menyiapkan
bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti digester, selang plastik sebagai
penghubung dan drum penampungan gas.
2. Rangkai
alat-alat tersebut sehingga siap digunakan.
3. Bersihkan
rangkaian alat.
b.
Persiapan bahan baku
1. Menyiapkan
bahan baku yang akan digunakan sesuai dengan massanya.
2. Mencampurkan
bahan baku dengan air dengan perbandingan yang ditentukan.
3. Tambahkan
NaOH sampai kadar keasaman (pH) mencapai rasio antara 6,5-8.
4. Tambahkan
bakteri EM-4 (yang telah diencerkan) sebanyak 5 ml per 100 gr bahan baku.
5. Tambahkan
urea sebanyak 10 gr per 100 gr ampas tahu. Yang dilarutkan dalam air.
c.
Pembuatan biogas
1. Campuran
bahan baku yang telah disiapkan, dimasukkan ke dalam reaktor (gester). Tutup
kerangan gas yang terhubung dengan tempat penampungan gas.
2. Setelah
3 hari buka kerangan gas yang terhubung dengan tempat penampungan gas.
3. Gas
yang terbentuk akan tertampung dengan sendirinya dan mengalir melalui pipa
saluran menuju tempat penampungan yang telah disiapkan.
4. Dari
tempat penampungan gas, gas mengalir ke dalam balon yang telah dipasang pada
salah satu sisi dari tempat penampungan gas tersebut.
5. Setelah
waktu yang ditentukan tercapai, tutup kerangan keluaran gas yang terhubung
dengan balon dan ikat balonyang telah mengembang.
6. Pasang
balon baru dan buka kembali kerangan keluaran gas.
7. Lakukan
kembali prosedur no 5 dan no 6 untuk sampel berikutnya.
8. Lakukan
kembali prosedur no 1 sampai no 7 untuk variabel lainnya.
Prosedur
Analisa
a. Tempatkan
alat pada tempat yang datar
b. Naikkan
leveling bulb L1 dan buka kerangan “V” pada posisi “V1”, dengan hati-hati
impitkan permukaan air hingga skala paling atas (perbatasan kerangan buret (V)
lalu tutup kerangan “V” pada posisi vertikal atau horizontal.
c. Dengan
hati-hati buka kerangan “S” pada posisi “S2” dan “V” pada posisi “V2” turunkan
leveling bulb L1 hingga level penyerap KOH 30% tepat diperbatasan penyerap dan
kerangan “S”, lalu tutup “S” pada posisi “S1”.
d. Buka
kerangan “V” dan masukkan gas contoh melalui orifice “O” dan turunkan leveling
bulb L1 hingga gas contoh akan mendorong air pada buret hingga dibawah skala
“100”.
e. Dengan
membuka kerangan “V” pada posisi “V1” dan menaikkan leveling bulb L1.Impitkan
permukaan air pada buret tepat pada skala “100”.
f. Buka
“S” pada posisi “S2”, dan buka “V” pada posisi “V2”, naikkan L1 hingga gas
dalam buret akan masuk ke dalam penyerap.
g. Lakukan
hal yang sama hingga pembacaan air pada buret konstan (A). Perhitungan : CO2, %
Vol = 100 – (A).
Prosedur Kerja Alat Gas Chromatograph
(GC)-15A Shimadzu
a.
Kondisi Operasi GC untuk Analisa Gas Bumi.
- Ukuran
Lopp : 1,5 ml
- Kolom
: 30% DC 200/500 on Chrom P/AW 60/80 SS,9 m x 1/8”
- Temp.
Kolom : 60°C
- Temp.
Injektor : 100°C
- Detektor
: TCD
- Temp.
Detektor : 150°C
- Bridge
Current : 100 mA
- Jenis
Carrier : Helium
- Carrier
Flow : 20-30 ml/menit
b.
Kondisi Operasi GC untuk Analisa Gas
- Sintesa
- Ukuran
Lopp : 1,5 ml
- Kolom
: Molecular Sieve 5A, 4 m x 1/8”
- Temp.
Kolom : 60°C
- Temp.
Injektor : 100°C
- Detektor
: TCD
- Temp.
Detektor : 150°C
- Bridge
Current : 100 mA
- Jenis Carrier : Helium
- Carrier
Flow : 20-30 ml/menit
c.
Menghidupkan GC
- Sebelum alat dihidupkan, buka aliran
“Carrier Gas” dengan membuka “Valve Input Carrier” pada bagian samping
kanan GC. Yakinkan tidak ada kebocoran.
- Setelah
“Carrier Gas mengalir dengan stabil, hidupkan GC dengan menekan tombol
“Heater”, “Fan”, dan “Line” ke pada posisi “On”.
- Tekan
tombol “Set. Reg” kemudian tekan tombol “Enter”. Setelah menu keluar,
pilih “GC Parameter” kemudian tekan tombol “Enter”. Akan tampil “GC
Parameter set” kemudiantekan tombol “Enter”. Arahkan “Pointer” ke “Column
Oven Temperature”.
- Naikkan
temperatur kolom dengan mengetikan angka “60” kemudian “Enter”.
- Naikkan
juga temperatur injektor dengan mengetikkan angka “100” kemudian “Enter”.
Tekan tombol “Start”.
- Tunggu
sampai semua temperatur dicapai yang ditunjukkan oleh lampu hijau dalam
posisi “Ready”.
- Aktifkan
hubungan ke TCD dengan menekan tombol TCD pada bagian samping kanan GC.
- Naikkan
temperatur detektor dengan mengetikan angka “150” kemudian “Enter”.
- Naikkan
temperatur TCD block dengan mengetikan angka “200” kemudian “Enter”.
- Setelah
temperatur tercapai, mulai naikkan “Current” secara bertahap (5, 25, 50,
75, 100) dengan cara mengetikan angka tersebut, kemudian “Enter”.
- Setelah
“Current” berada pada posisi 100 dan penujukkan “signal” pada
“Chromatopac CR-5A” stabil, GC siap digunakan.
- Injeksikan contoh, kemudian tekan “Start” pada “Chromatopac CR-5A”.
Laju proses fermentasi anaerob sangat ditentukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi mikroorganisme, faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah (Yesung, 2011) :
1. Temperatur
Bakteri
metana pada umumnya adalah bakteri golongan mesofil yaitu bakteri yang hidupnya
dapat subur hanya pada temperatur disekitar temperatur kamar. Oleh karena itu,
pembentukan biogas harus disesuaikan dengan temperatur kehidupan bakteri
metana. Temperatur pembentukan biogas antara 20-40oC. Dengan temperatur
optimum yaitu 27oC- 30oC.
2. Derajat Keasaman
(pH)
Pada dekomposisi
anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang tidak sesuai,
mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimal dan bahkan dapat menyebabkan
kematian yang menghambat perolehan gas metana. Nilai pH yang dibutuhkan untuk
digester adalah antara 6,2 – 8.
3. Kandungan Air
Bentuk bubur hanya
dapat diperoleh apabila bahan yang dihancurkan mempunyai kandungan air yang
tinggi. Apabila sampah tersebut memiliki kandungan air yang sedikit maka bisa
ditambahkan air supaya pembentukan biogas bisa optimal.
4. Bahan Baku Isian
Bakteri anaerob
membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi. Level nutrisi harus lebih dari
konsentrasi optimal yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila
terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri.
Penambahan nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan
industri, dan sisa tanaman diberikan dengan tujuan untuk menambah pertumbuhan
di dalam digester. Unsur nitrogen adalah unsur yang paling penting, disamping
adanya selulosa sebagai sumber karbon. Bakteri penghasil metana menggunakan
karbon 30 kali lebih cepat daripada nitrogen. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon
15 kali dari jumlah nitrogen akan memiliki C/N ratio 15 berbanding 1, C/N ratio
dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan
menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang optimal, bila kondisi yang lain
juga mendukung.
HAL
YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA
PROSES
FERMENTASI
Keberhasilan proses pencernaan dalam digester sangat
ditentukan oleh desain dan pengaturan digester itu sendiri, beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pengoperasian digester yaitu:
Pengadukan
Proses pengadukan akan sangat
menguntungkan karena apabila tidak diaduk solid akan mengendap pada dasar
tangki dan akan terbentuk busa pada permukaan yang akan menyulitkan keluarnya
gas. Masalah tersebut terjadi lebih besar pada proses yang menggunakan bahan baku
limbah sayuran dibandingkan yang menggunakan kotoran ternak . Pada sistem
kontinyu masalah ini lebih kecil karena pada saat bahan baku dimasukkan akan
memecahkan busa pada permukaan seolah-olah terjadi pengadukan . Pada digester
yang berlokasi di Eropa dimana pemanasan diperlukan jika proses dilakukan pada
musim dingin, sirkulasi udara juga merupakan proses pengadukan.
Kontrol
temperatur
Pada daerah panas, penggunaan atap
akan membantu agar temperatur berada pada kondisi yang ideal, tetapi pada
daerah dingin akan menyebabkan masalah.. Temperatur digester yang tinggi akan
lebih rentan terhadap kerusakan karena fluktuasi temperatur, untuk itu
diperlukan pemeliharaan yang seksama .
Koleksi
gas
Untuk mengkoleksi biogas yang
dihasilkan dipergunakan drum yang dipasang terbalik, drum harus dapat bergerak
sehingga dapat disesuaikan dengan volume gas yang diperlukan. Digunakan valve
searah untuk mencegah masuknya udara luar ke dalam tangki digester yang akan
merusak aktivitas bakteri dan memungkinkan terjadinya ledakan di dalam drum.
Posisi
digester
Digester biogas yang dibangun di atas
permukaan tanah harus terbuat dari baja untuk menahan tekanan, sedangkan yang
dibangun di bawah tanah umumnya lebih sederhana dan murah. Akan tetapi dari
segi pemeliharaan, digester di atas permukaan akan lebih mudah dan digester
dapat ditutup lapisan hitam yang berfungsi untuk menangkap panas matahari.
Waktu
retensi
Faktor lain yang perlu diperhatikan
yaitu waktu retensi, faktor ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,
pengenceran, laju pemadukan bahan dan lain sebagainya . Pada temperatur yang
tinggi laju fermentasi berlangsung dengan cepat, dan memirunkan waktu proses
yang diperlukan. Pada kondisi normal fermentasi kotoran berlangsung antara dua
sampai empat minggu.
C. Kesimpulan
Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa biogas merupakan energy alternative paling
siap untuk diolah menjadi sumber energy yang jumlahnya banyak dan berada
disekitar kita dan ramah lingkungan. Tumbuh-tumbuhan, sampah organic dan
kotoran hewan dapat menghasilkan biogas seperti halnya jerami padi, sampah
sawit hijau, ampas tahu dll, yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energy
pengganti minyak, gas, kayu bakar dan batu bara. Biogas dihasilkan secara
mikrobiologi anaerobik dari limbah organic. Disamping itu biogas tidak akan
terbuat begitu saja tanpa melalui tata cara pembuatannya seperti proses
hidrolisis, asidogenesis, asetagenesis, dan methanogenesis.
D. Daftar
Pustaka
Coniwanti Pamilia, 2009. Jurnal Teknik Kimia,
No. 1, Vol. 16. Indaralaya : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
Haryati
Tuti, 2006. Wartazoa, Vol. 16 No. 3. Bogor : Balai Penelitian
Terna/ PO Box 221.
Herawati
Dewi Astuti, 2010. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 4, No.1. Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi.
Padang Yesung Allo, 2011. Jurnal Teknik Rekayasa , Vol. 12 No 1. Mataram
: Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram
E.
Lampiran
No.
|
Nama
|
Judul
jurnal
|
Hasil
Review
|
1.
|
Dewi Astuti Herawati
|
Pengaruh Pretreatment Jerami Padi pada
Produksi Biogas dari Jerami Padi dan Sampah Sayur Sawi Hijau Secara Batch
|
Pada jurnal
ini banyak terdapat kelemahannya, dimana prosedur kerja/tata cara kerjanya
tidak dijelaskan dengan jelas hanya memaparkan secara umumnya saja sehingga
tidak banyak yang bisa di ambil, kelebihannya yaitu di digambarkannya
rangkaian pemasangan alat untuk ilustrasi pembentukan gasbio.
|
2.
|
Pamilia Coniwanti
|
Pembuatan biogas dari
ampas tahu
|
Kelebihan
jurnal ini yaitu dijelaskannya tahap-tahap pembentukan biogas, alat dan bahan
yang diperlukan secara rinci serta prosedur penelitian, prosedur analisis
berupa prosedur kerja alat, di jelaskan secara terperinci sehingga mudah
dimengerti.
|
3.
|
Tuti Haryati
|
Limbah peternakan
yang menjadi sumber energy alternatif
|
Kelebihan
jurnal ini yaitu telah menjelaskan dengan rinci tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan pada proses fermentasi. Jurnal ini juga menjelaskan tahap proses
pembentukan biogas, tetapi tahap pembentukan biogas ini masih kurang sehingga
saya tidak mengambilnya.
|
4.
|
Yesung Allo Padang
|
Meningkatkan kualitas
biogas dengan penambahan gula
|
Kelebihan
jurnal ini yaitu dijelaskannya faktor-faktor yang
mempengaruhi mikroorganisme pada laju proses fermentasi. Pada prosedur
kerjannya, jurnal ini hanya menjelaskannya secara umum saja, sehingga susah
dimengerti.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar